Pertanyaan seperti itu sering sekali muncul dalam benak kita, apalagi orang Jawa. Perlukah kita mitoni saat kita hamil? Mitoni dilakukan oleh masyarakat di Jawa pada ibu-ibu yang sedang hamil. Biasanya kandungannya berusia 7 bulan atau hampir 7 bulan. Tujuan dari mitoni ini sendiri adalah untuk meminta keselamatan agar ibu dan si jabang bayi dapat sehat dan selamat saat melahirkan nanti.
Di masyarakat sekitar saya, mitoni biasanya membuat kondangan atau bancaan yang nantinya dibagi-bagikan ketetangga sekitar. Sebenarnya hanya simple membagikan makanan ke tetangga sekitar. Waktu saya hamil 7 bulan ibu mertua saya juga ingin melakukan adat mitoni tersebut. Alasan beliau sebenarnya hanya ikut-ikut tetangga agar tidak digunjing (ben podo liyane bahasa jawanya hehehee...).
Pada waktu awal hamil saya diprediksi bidan harus melahirkan secara caesar karena mata saya minus 8, jadi untuk melahirkan normal agak beresiko. Semua keluarga merasa cemas mendengar berita tersebut. Hal ini menjadi salah satu pemicu orang tua kami agar mengadakan acara mitoni. Namun saya dan suami sudah memutuskan untuk tidak mau melakukan acara mitoni tersebut. Alasannya karena kami memang tidak percaya hal-hal seperti itu.
Kami sempat berdebat dengan orang tua kami, tapi kami tetap bersikukuh untuk tidak melakukan acara tersebut. Kami hanya bilang nanti saja kalau sudah lahir syukuran aqiqah. Akhirnya orang tua kami mau memahami keinginan kami walaupun tetangga pada bertanya kok tidak mitoni. Saya cuek-cuek saja dengan omongan tetangga yang penting kita berdoa memohon kepada Allah agar semua dilancarkan. Saya dan suami saya juga memperbanyak ibadah kepada Allah. Saya berusaha membaca Al-Qur'an, sholat dhuha, sholat tahajud, dan puasa. Alhamdulillah saya dapat melahirkan dengan normal dan bayi saya juga sehat dan kami melakukan syukuran aqiqah pada hari ke tujuh.
Kami tidak melakukan acara mitoni dan Alhamdulillah Allah memberi kami kelancaran persalinan saya. Saudara saya melakukan acara mitoni, namun Allah berkehendak lain pada umur 8 bulan ia mengalami keguguran. Saya hanya membuktikan kepada masyarakat di sekitar saya jika kami tidak melakukan acara mitoni itu karena kami tidak mempercayai hal seperti itu. Bukan kami tidak rela mengeluarkan uang untuk kondangan atau bancaan. Kami hanya minta keselamatan kepada Tuhan kami. Jika masih percaya akan hal tersebut ya terserah namun jangan sampai menggunjing yang tidak melakukannya.
Di masyarakat sekitar saya, mitoni biasanya membuat kondangan atau bancaan yang nantinya dibagi-bagikan ketetangga sekitar. Sebenarnya hanya simple membagikan makanan ke tetangga sekitar. Waktu saya hamil 7 bulan ibu mertua saya juga ingin melakukan adat mitoni tersebut. Alasan beliau sebenarnya hanya ikut-ikut tetangga agar tidak digunjing (ben podo liyane bahasa jawanya hehehee...).
Pada waktu awal hamil saya diprediksi bidan harus melahirkan secara caesar karena mata saya minus 8, jadi untuk melahirkan normal agak beresiko. Semua keluarga merasa cemas mendengar berita tersebut. Hal ini menjadi salah satu pemicu orang tua kami agar mengadakan acara mitoni. Namun saya dan suami sudah memutuskan untuk tidak mau melakukan acara mitoni tersebut. Alasannya karena kami memang tidak percaya hal-hal seperti itu.
Kami sempat berdebat dengan orang tua kami, tapi kami tetap bersikukuh untuk tidak melakukan acara tersebut. Kami hanya bilang nanti saja kalau sudah lahir syukuran aqiqah. Akhirnya orang tua kami mau memahami keinginan kami walaupun tetangga pada bertanya kok tidak mitoni. Saya cuek-cuek saja dengan omongan tetangga yang penting kita berdoa memohon kepada Allah agar semua dilancarkan. Saya dan suami saya juga memperbanyak ibadah kepada Allah. Saya berusaha membaca Al-Qur'an, sholat dhuha, sholat tahajud, dan puasa. Alhamdulillah saya dapat melahirkan dengan normal dan bayi saya juga sehat dan kami melakukan syukuran aqiqah pada hari ke tujuh.
Kami tidak melakukan acara mitoni dan Alhamdulillah Allah memberi kami kelancaran persalinan saya. Saudara saya melakukan acara mitoni, namun Allah berkehendak lain pada umur 8 bulan ia mengalami keguguran. Saya hanya membuktikan kepada masyarakat di sekitar saya jika kami tidak melakukan acara mitoni itu karena kami tidak mempercayai hal seperti itu. Bukan kami tidak rela mengeluarkan uang untuk kondangan atau bancaan. Kami hanya minta keselamatan kepada Tuhan kami. Jika masih percaya akan hal tersebut ya terserah namun jangan sampai menggunjing yang tidak melakukannya.
Comments
Post a Comment